A. Latar Belakang
Ada
kalanya lingkungan tidak berpihak pada tumbuhan. Misalnya pada daerah iklim
sedang, ada musim dingin yang tidak memungkinkan tumbuhan untuk tumbuh. Di
daerah tropik sekalipun ada saat dimana tumbuhan tidak dapat tumbuh secara optimal,
misalnya kondisi lingkungan yang kering berkepanjangan. Untuk itu tumbuhan
melakukan dorman. Dormansi dapat didefinisikan sebagai suatu pertumbuhan dan
metabolisme yang terpendam, dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak
baik atau oleh faktor dari dalam tumbuhan itu sendiri. Penyebab terjadinya
dormansi bermacam-macam yaitu secara spontan, faktor lingkungan mupun hormon
pertumbuhan. Dari segi faktor lingkungan yaitu fotoperiodisme merupakan salah
satu faktor penting yang merangsang dorman. Hari pendek (short day) merangsang
banyak tumbuhan kayu untuk dorman. Dalam respon perbungaan, daun harus
diinduksi untuk menghasilkan penghambat (inhibitor) yang diangkut ke
tunas-tunas dan menghambat pertumbuhan. Penghambatan ini dapat dihilangkan dengan
induksi hari panjang (long day) atau dengan memberikan asam giberelat. Dari
segi hormon, ABA tau yang dikenal sebagai asam absitat merupakan zat yang dapat
menghambat perkecambahan; menghambat sintesis enzim pada biji yang diinduksi
oleh giberelin; menghambat perbungaan; pengguguran tunas dan buah; penuaan daun
dan memelihara dormansi.
Dormansi
terjadi dalam berbagai bentuk. Dormansi kuncup yaitu suatu meristem kuncup yang
tetap berpotensi tumbuh, tetapi tidak melakukan pertumbuhan atau pertumbuhan
lambat. Dormansi kuncup didahului oleh perubahan pola pertumbuhan daun. Daun
yang seharusnya tumbuh membesar akan mereduksi menjadi semacam sisik.
Sisik-sisik yang terbentuk akan membungkus kuncup ujung selama periode dorman
dan akan dilepaskan bila kuncup memulai pertumbuhannya kembali. Selain pada
kuncup, dormansi juga dijumpai pada berbagai organ, misalnya umbi, rhizoma dan
biji.
Dormansi
merupakan suatu mekanisme untuk mempertahankan diri terhadap suhu yang sangat
rendah (membeku) pada musim dingin, atau kekeringan di musim panas yang
merupakan bagian penting dalam perjalanan hidup tumbuhan tersebut. Dormansi
harus berjalan pada saat yang tepat, dan membebaskan diri atau mendobraknya
apabila kondisi sudah memungkinkan untuk memulai pertumbuhan.
Dormansi
bukan hanya pentidakaktifan metabolisme, tetapi sering melibatkan proses
pengembangan organ-organ atau bahan-bahan khusus. Banyak peristiwa kompleks
yang berkaitan dengan dormansi, seperti penuaan dan perontokan daun pada
pohon-pohon. Dormansi jelas merupakan peristiwa perkembangan terprogram yang
memerlukan metabolisme khusus untuk menghentikan aktivitas metabolik. Proses
dormansi dapat dipatahkan dengan beberapa proses diantaranya proses
pendinginan, pemanasan, kejutan atau goresan pada biji (proses fisika), zat
pengatur tumbuh, asam dan basa (secara kimiawi) ataupun dengan cara biologi
dengan menggunakan bantuan mikroba.
Tujuan
·
Untuk mengetahui jumblah benih yang
tumbuh pada media tanam pasir dan batu bata yag sudah di halus kan
·
Untuk mengetahui pengaruh dormansi
·
Untuk mengetahui pertumbuhan beih kacang
hijau
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Dormansi
Dormansi
benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga
waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut.
Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embrio. Biji yang telah
masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh
yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses
perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi
kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio.
Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor
penyebab, mekanisme dan bentuknya.
a.
Berdasarkan faktor penyebab dormansi
Imposed
dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan
yang tidak menguntungkan.
Imnate
dormancy (rest): dormansi yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam
organ biji itu sendiri.
b.
Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji
Mekanisme
fisik
Merupakan
dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri,
terbagi menjadi:
· Mekanis: embrio tidak berkembang
karena dibatasi secara fisik
· Fisik: penyerapan air terganggu
karena kulit biji yang impermeabel
· Kimia: bagian biji atau buah yang
mengandung zat kimia penghambat
Mekanisme
fisiologis
Merupakan
dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis,
terbagi menjadi:
· Photodormancy: proses fisiologis
dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya
· Immature embryo: proses fisiologis
dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/belum matang
· Termodormancy: proses fisiologis dalam
biji terhambat oleh suhu
c.
Berdasarkan bentuk dormansi
Kulit
biji immpermeabel terhadap air (O2)
Bagian
biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nukleos, pericarp, endocarp.
Impermeabilitas
dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi (misalnya cutin,
suberin, lignin) pada membran.
Kulit
biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan.
Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan skrifikasi mekanisme.
Bagian
biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit biji,
raphe/hilum, strophiole, adapun mekanisme higroskopinya diatur oleh hilum.
Keluar
masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji. Dormansi
karena hambatan keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat dipatahkan
dengan perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat.
Embrio
belum masak (immature embryo)
Ketika
terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya), embrio masih belum
menyelesaikan tahap perkembangannya. Misalnya Gnetum gnemon (melinjo)
Embrio
belum terdiferensiasi
Embrio
secara morfologis telah berkembang, namun masih butuh waktu untuk mencapai
bentuk dan ukuran yang sempurna.
Dormansi
immature embryo ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur rendah dan zat
kimia.
Biji
membutuhkan suhu rendah
Biasa
terjadi pada spesies daerah temperate, seperti apel dan Familia Rosaceae.
Dormansi ini secara alami terjadi dengan cara: biji dorman selama musim gugur
melampaui satu musim dingin, dan baru berkecambah pada musim semi berikutnya.
Dormansi karena kebutuhan biji akan suhu rendah ini dapat dipatahkan dengan
perlakuan pemberian suhu rendah, dengan pemberian aerasi dan imbibisi.
Ciri-ciri
biji yang mempunyai dormansi ini adalah:
Jika
kulit dikupas, embrio tumbuh
Embrio
mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah
Embrio
tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih
membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi
Perkecambahan
terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumubuh kerdil
Akar
keluar pada musim semi, namun epikotil baru keluar pada musim semi berikutnya
(setelah melampaui satu musim
Dormansi
karena zat penghambat
Perkecambahan biji adalah kulminasi
dari serangakaian kompleks proses-proses metabolik, yang masing-masing harus
berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat salah satu proses
akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangakaian proses perkecambahan.
Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah soumarin
dan lacton tidak jenuh, namun lokasi penghambatnya sukar ditentukan karena
daerah kerjanya berbeda dengan tempat dimana zat tersebut diisolir. Zat
penghambat dapat berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah.
Teknik
Pematahan Dormansi Biji
Biji telah masak dan siap untuk
berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk
dapat mematahakan dormansi dan memulai proses pekecamabahannya. Pretreatment
skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan
stratifikasi digunakan unuk mengatasi dormansi embrio.
Skarifikasi merupakan salah satu
upaya pretreatment atau perawatan awal pada benih, yang ditunjukan untuk
mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang
seragam (Schmidt, 2000). Upaya ini dapat berupa pemberian perlakuan secara
fisis, mekanis, maupun chemis. Hartmann (1997) mengklasifikasikan dormansi atas
dasar penyebab dan metode yang dibutuhkan untuk mematahkannya.
B.
Perkecambahan Biji
Perkecambahan
merupakan suatu proses dimana radikula (akar embrionik) memanjang keluar
menembus kulit biji (Salibury, 1985: 4160). Di balik gejala morfologi dengan
permunculan radikula tersebut, terjadi proses fisiologi-biokemis yang kompleks,
dikenal sebagai proses perkecambahan fisiologis.
Secara
fisiologi, proses perkecambahan berlangsung dalam beberapa tahapan penting
meliputi :
·
Absorbsi air
·
Metabolisme pemecahan materi cadangan
makanan
·
Transport materi hasil pemecahan dari
endosperm ke embrio yang aktif bertumbuh
·
Proses-proses pembentukan kembali
materi-materi baru
·
Respirasi
Pertumbuhan
Banyak
faktor yang mengontrol proses perkecambahan biji, baik yang internal dan
eksternal. Secara internal proses perkecambahan biji ditentukan keseimbangan
antara promotor dan inhibitor perkecambahan, terutam asam giberelin (GA) dan
asam abskisat (ABA). Faktor eksternal yang merupkan ekologi perkecambahan
meliputi air, suhu, kelembaban, cahaya dan adanya senyawa-senyawa kimia
tertentu yang berperilaku sebagai inhibitor perkecambahan (Mayer, 1975:46-43).
Mekanisme
utama yang dapat menyebabkan suatu biji dormansi atau terjadinya dormansi yang
berkepanjangan dan penyebab terhambatnya perkecambahan adalah :
Faktor
lingkungan
1.
Kebutuhan akan cahaya untuk perkecambahan.
2.
Suhu.
3.
Kurangnya air.
Faktor
internal
1. Kulit
biji – mencegah masuknya gas.
2. Kulit
biji – efek mekanik.
3. Embrio
yang masih muda ( immature).
4. Rendahnya
kadar etilen.
5. Adanya
zat penghambat (inhibitor).
6. Tidak
adanya zat perangsang tumbuh.
Faktor
waktu
1. Setelah
pematangan – waktu yang diperlukan oleh biji untuk mulai berkecambah setelah
pematangan buah.
2. Hilangnya
inhibitor – waktu yang diperlukan sampai inhibitor hilang.
3. Sintesis
zat perangsang.
Selain
beberapa faktor yang telah disebutkan banyak biji yang memerlukan pendinginan
agar lepas dari dormansi yang diatur segera setelah masak. Banyak pohon memerlukan antara 250-1000 jam pendinginan
sebelum dormansi dapat dihilangkan. Perlakuan pendinginan juga bukan merupakan
satu-satunya yang dapat menghilangkan dormansi. Banyak spesies “hari panjang”
memerluakan suhu hangat untuk mengembalikan pertumbuhannya. Kejutan dengan suhu
tinggi, dapat pula menghilangkan dormansi secara lebih dini.
Proses
dormansi dapat dipatahkan dengan beberapa proses diantaranya proses
pendinginan, pemanasan, kejutan atau goresan pada biji (proses fisika), zat
pengatur tumbuh, asam dan basa (secara kimiawi) ataupun dengan cara biologi
dengan menggunakan bantuan mikroba.
BAHAN
DAN METODE PENELITIAN
Waktu
Dan Tempat
Di
laboratorium teknologi benih fakultas pertanian universitas methodist indoesia
Pkl
10.30 tanggal 11 mei 2013
Alat Dan Bahan
No ALAT
|
BAHAN
|
1.
Pot
|
Pasir
|
2.
Roll
|
Batu Bata yang dihaluskan
|
3.
Penyemprot
|
Benih Kacang hijau
|
Prosedur
Kerja
1. Menyiapkan
alat dan bahan
2. Menyediakan
benih yang sudah di rendam slama 1 jam sebanyak 48 biji
3. Menanam
biji tersebut dengan mediam tanam bata yg dihaluskan dan pasir
4. Mengamati perkecambahan untuk kedua pot
tersebut setiap hari. Bila tanahnya kering melakukan penyiraman.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pasir
no jumblah benih
|
Jumblah benih yang hidup
|
1. 48
|
23
|
2. 48
|
32
|
3. 48
|
37
|
4. 48
|
48
|
Batah
no jumblah benih
|
Jumblah benih yang hidup
|
1. 48
|
20
|
2. 48
|
35
|
3. 48
|
42
|
4.
48
|
47
|
Pembahasan
Dari data hasil pengamatan
menunjukkan bahwa proses pemecahan dormansi lebih cepat terjadi dengan
perlakuan chemis/kimiawi dibandingkan dengan perlakuan mekanik. Hal ini berbeda
dengan teorinya yaitu proses pemecahan dormansi biji lebih cepat terjadi dengan
perlakuan mekanik dibandingkan dengan perlakuan kimia. Mekanisme utama yang
menyebabkan suatu biji dormansi atau terjadinya dormansi yang berkepanjangan,
penyebab terhambatnya perkecambahan adalah : faktor lingkungan, faktor
internal, dan faktor waktu.
Umumnya
dormansi biji disebabkan oleh adanya kulit biji yang keras dan sifatnya
permeabel terhadap air dan udara serta memberikan hambatan mekanik yang dapat
menghalangi embrio untuk tumbuh. Agar dormansi biji berkulit keras dapat
dipecahkan, maka harus dilakukan berbagai cara atau perlakuan. Perlakuan ini
dapat dilakukan secara mekanik dengan cara menggosok kulit bijinya. Syarat
ketika menggosok kulit biji keras ini harus pada bagian yang tidak ada
lembaganya agar mikropil (tempat tumbuhnya kecambah) tidak rusak.
Dan
klau dilihat jga dri perbandingan data diatas bahwa pasir lebih banyak tumbuh
dibanding
Bata
ini menunjukan bahwa media tanam pasir jauh lebih baik dibanding batah mungkin
dari segi struktur dan pori dari media tanam tersebut.
KESIMPULAN
·
dilihat jga dri perbandingan data diatas
bahwa pasir lebih banyak tumbuh dibanding
Bata
ini menunjukan bahwa media tanam pasir jauh lebih baik dibanding batah mungkin
dari segi struktur dan pori dari media tanam tersebut.
SARAN
·
sebelum melakukan praktikum harus
dipahami dulu isi dari praktikum tersebut
DAFTAR
PUSTAKA
· Kimbal, Jhon W. 1983. Biologi Jilid 2
Edisi kelima. Bogor : Erlangga
· Lovelles, A. R. 1999. Prinsip-prinsip
Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta: PT. Gramedia Indonesia.
· Sallisbury dan Ross. 1995. Fisiologi
Tumbuhan. Bandung: ITB Press.
· Sasmitamihardja, Dardjat dan Arbasyah
Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press.
· Rahayu, Yuni Sri; Yuliani dan Lukas S
Budipramana. 2010. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya:
Laboratorium Fistum-Biologi-Unesa.
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق